Atherosclerosis atau aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penyebab umum penyakit jantung koroner atherosclerosis heart disease. Arteri adalah pembuluh darah pembawa oksigen serta nutrisi dari dan ke jantung, juga ke seluruh organ lain. Tersumbatnya arteri akibat penumpukan plak kolesterol akan menghambat aliran darah ke organ-organ tubuh. Pada awalnya, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala apa pun. Gejala baru muncul ketika aliran darah ke organ atau jaringan tubuh terhambat. Proses penumpukan plak sampai gejala aterosklerosis timbul bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun. Penyebab Aterosklerosis Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui, tetapi penyakit ini dimulai ketika terjadi kerusakan atau cedera di lapisan dalam arteri. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh Kolesterol tinggi Tekanan darah tinggi Diabetes Peradangan akibat penyakit tertentu, seperti lupus Obesitas Kebiasaan merokok Saat lapisan dalam arteri rusak, lemak serta zat lain menjadi mudah menempel dan menggumpal di sana. Seiring berjalannya waktu, gumpalan atau plak ini terus menumpuk dan mengeras sehingga pembuluh darah arteri menyempit dan kaku. Penyempitan pembuluh darah akan menghambat suplai oksigen serta nutrisi ke organ-organ tubuh. Hal ini membuat fungsi organ tersebut menurun, bahkan terhenti, tergantung seberapa parah penyempitan yang terjadi. Perkembangan aterosklerosis hingga menimbulkan gejala sangat lambat, bahkan bisa sampai puluhan tahun. Namun, kondisi di bawah ini dapat membuat seseorang lebih berisiko atau lebih cepat mengalami aterosklerosis Usia di atas 40 atau 50 tahun Pola hidup yang tidak sehat, seperti malas bergerak atau jarang berolahraga Pola makan tidak sehat dan sering mengonsumsi minuman beralkohol Stres berkepanjangan Riwayat aterosklerosis pada keluarga Gejala dan Komplikasi Aterosklerosis terosklerosis awalnya tidak menimbulkan gejala, sampai pembuluh darah arteri sudah sangat menyempit bahkan tertutup Akibatnya, pembuluh arteri tidak lagi dapat menyalurkan darah dalam jumlah cukup ke organ-organ tubuh. Karena gejalanya baru muncul setelah bertahun-tahun, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita aterosklerosis sampai muncul komplikasi. Komplikasi yang muncul bisa beragam, tergantung lokasi terjadinya aterosklerosis, antara lain Aterosklerosis di jantung Aterosklerosis di jantung bisa menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan jantung. Kedua gangguan tersebut memiliki sejumlah gejala yang serupa, yaitu Nyeri dada seperti ditekan atau diremas angina Nyeri atau tekanan pada pundak, lengan, rahang, atau punggung Gangguan irama jantung aritmia Sesak napas, berkeringat, dan gelisah Aterosklerosis di tungkai Aterosklerosis di kaki atau lengan bisa menyebabkan penyakit arteri perifer. Gangguan ini ditandai dengan gejala berikut Nyeri, kram, hingga mati rasa di area lengan atau tungkai Nyeri saat berjalan dan mereda setelah beristirahat klaudikasio intermiten Tungkai bagian bawah terasa dingin Luka di jempol, telapak, atau kaki yang tidak kunjung sembuh Aterosklerosis di otak Bila terjadi pada pembuluh darah di otak, aterosklerosis bisa menyebabkan stroke, yang ditandai dengan gejala berupa Mati rasa hingga lumpuh pada salah satu sisi wajah, lengan, atau tungkai Kebingungan dan sulit untuk dapat berbicara dengan jelas Kehilangan penglihatan pada salah satu mata atau kedua mata Kehilangan koordinasi dan keseimbangan Pusing dan sakit kepala berat Sulit bernapas dan kehilangan kesadaran Aterosklerosis di ginjal Penumpukan plak pada pembuluh arteri di ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal. Gangguan ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, seperti Jarang buang air kecil Mual yang terasa terus menerus Tubuh terasa sangat lelah dan sering mengantuk Tungkai membengkak Bingung dan sulit berkonsentrasi Sesak napas dan dada terasa nyeri Kapan harus ke dokter Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala yang telah disebutkan di atas. Anda juga perlu segera ke IGD bila mengalami gejala serangan jantung atau stroke. Kedua kondisi tersebut harus segera ditangani, karena bisa berakibat fatal bila menunggu lama. Jika Anda menderita diabetes atau hipertensi, lakukan kontrol rutin ke dokter untuk memantau kondisi penyakitnya dan mencegah kemungkinan komplikasi aterosklerosis. Bila Anda perokok, berusahalah untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Merokok tidak hanya bisa menyebabkan aterosklerosis, tetapi juga penyakit lain. Jika berhenti merokok dirasa sangat sulit, pergilah ke dokter untuk mengikuti program berhenti merokok. Diagnosis Aterosklerosis Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengecek denyut nadi, detak jantung, dan tekanan darah pasien. Dokter juga akan memeriksa kemungkinan pasien memiliki luka yang lambat atau tidak kunjung sembuh. Jika pasien diduga mengalami aterosklerosis, dokter akan melakukan sejumlah tes penunjang untuk memastikannya, seperti Tes darah, untuk melihat kadar kolesterol dan gula darah Ankle-brachial index ABI, yaitu tes perbandingan indeks tekanan darah kaki dan lengan, guna memeriksa penyumbatan arteri pada area tungkai Elektrokardiogram EKG, untuk memeriksa aktivitas listrik jantung dan melihat tanda penyakit jantung koroner atherosclerosis heart disease USG Doppler, untuk mendeteksi penyumbatan arteri di tungkai dengan menggunakan gelombang suara Stress test atau pemeriksaan EKG treadmill, untuk memeriksa aktivitas listrik jantung dan tekanan darah saat melakukan aktivitas fisik Angiografi, yaitu pemeriksaan kondisi arteri jantung dengan menyuntikkan zat kontras pewarna pada arteri, sehingga dapat terlihat dengan jelas melalui foto Rontgen Pemindaian dengan magnetic resonance angiography MRA dan CT scan, untuk memeriksa kondisi pembuluh darah arteri Pengobatan Aterosklerosis Penangan aterosklerosis dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu perubahan gaya hidup, obat-obatan, serta prosedur medis. Perubahan gaya hidup sehari-hari merupakan hal utama yang perlu dilakukan. Pasien dianjurkan untuk lebih sering berolahraga guna meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol. Selain menyarankan perubahan gaya hidup, dokter juga dapat memberi obat-obatan untuk mencegah arterosklerosis bertambah buruk. Obat-obatan ini dapat berupa Obat untuk mencegah penggumpalan darah, seperti aspirin Obat untuk menurunkan tekanan darah, seperti penghambat beta beta blockers, antagonis kalsium calcium channel blockers, serta diuretik Obat penurun kadar kolesterol, seperti statin dan fibrat Obat untuk mencegah penyempitan arteri, seperti ACE inhibitor Obat untuk mengendalikan penyakit yang bisa menyebabkan aterosklerosis, seperti obat diabetes untuk menjaga kadar gula darah. Pada kasus aterosklerosis yang parah, dokter mungkin akan menyarankan penanganan dengan Pemasangan ring stent dan angioplasty Prosedur ini digunakan untuk membuka penyumbatan atau penyempitan arteri, kemudian memasang tabung kecil di sana agar aliran darah kembali lancar. Terapi fibrinolitik Terapi ini dilakukan untuk mengatasi penyumbatan arteri akibat pembekuan darah, dengan memberikan obat pelarut atau pemecah gumpalan darah fibrinolitik. Operasi bypass Prosedur ini dilakukan dengan cara memintas pembuluh darah yang tersumbat menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lain atau selang berbahan sintetis. Endarterektomi Prosedur ini dilakukan untuk membuang tumpukan lemak pada dinding arteri yang menyempit. Biasanya, prosedur ini dilakukan pada arteri di leher. Arterektomi Prosedur ini dilakukan untuk membuang plak di arteri dengan menggunakan kateter berpisau tajam di salah satu ujungnya. Pencegahan Aterosklerosis Aterosklerosis dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Cara yang bisa dilakukan antara lain Melakukan pola makan sehat dengan gizi seimbang yang kaya serat dan karbohidrat kompleks, serta rendah kolesterol Menghindari atau membatasi konsumsi minuman beralkohol Berolahraga selama 30 menit per hari, setidaknya 5 hari dalam seminggu Berhenti merokok Menjaga berat badan dalam rentang ideal Mengelola stress dengan baik, misalnya dengan relaksasi mengendurkan otot-otot yang tegang atau meditasi Beristirahat dan tidur yang cukup
1SISTEM SARAF OLEH dr.INAWATI BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK.UNIV.WIJAYA KUSUMA 1.Neuron dan Sel Glia 2. Komplikasi patofisiologi umum 3. Infeksi 4. Penyakit Vask
Halodoc, Jakarta - Ustaz Yusuf Mansur dikabarkan tengah menjalani perawatan di rumah sakit karena mengalami penyumbatan pada pembuluh darahnya. Kabarnya, penyumbatan terjadi pada area leher menuju kepala yang mengakibatkan munculnya gumpalan dan terjadi pembengkakan pada area kepala kanan bagian belum diketahui dengan pasti bagian pembuluh darah tempat terjadinya penyumbatan, apakah terjadi pada pembuluh darah arteri atau vena. Sebenarnya, apa perbedaan dari penyumbatan yang muncul pada pembuluh darah arteri dan vena?Penyumbatan pada Pembuluh Darah ArteriPembuluh darah arteri dan vena memiliki tugas yang sangat besar. Keduanya merupakan bagian dari sistem transportasi yang berfungsi untuk mengalirkan darah. Arteri akan membawa darah yang sarat oksigen dari jantung ke seluruh tubuh, sedangkan vena akan membawa kembali darah yang tidak banyak mengandung oksigen kembali ke juga Penyempitan Pembuluh Darah Dapat Dicegah dengan 7 Cara IniDari sini, pembuluh arteri pulmonalis akan membawa darah menuju ke paru-paru untuk digantikan dengan darah bersih yang kaya akan oksigen. Lalu, pembuluh vena pulmonalis akan membawa darah kembali ke jantung dan prosesnya pun dimulai kembali. Namun, terkadang pembuluh darah arteri atau vena bisa mengalami penyempitan atau penyumbatan, sehingga darah tidak bisa melaluinya dengan mudah. Apapun yang menghambat aliran darah pada tubuh akan mengakibatkan organ tidak mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk bisa bekerja dengan optimal. Apabila darah mengalir terlalu lambat, sangat mungkin terjadi genangan dan membentuk gumpalan. Penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah arteri akan mengakibatkan terganggunya aliran darah bersih dari jantung yang menuju ke seluruh tubuh, terutama ke organ-organ penting. Biasanya, kondisi ini terjadi karena penumpukan lemak yang berlebihan atau dalam istilah medis disebut dengan juga Penyumbatan Pembuluh Darah Terjadi Akibat Iskemia?Jika terjadi pada jantung, masalah kesehatan ini dikenal dengan penyakit jantung koroner. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah di otak, leher, koroner jantung, atau bagian tubuh lainnya. Meski begitu, penyumbatan paling sering terjadi pada jantung yang menyebabkan seseorang mengalami serangan ada pula arteri karotis yang mengalir melalui pembuluh darah di kedua sisi leher yang memasok darah ke otak, wajah, dan leher. Dilansir dari WebMD, penumpukan plak akibat arteri karotis akan menyebabkan terjadinya penyempitan, sehingga hanya sedikit darah yang masuk. Plak pun bisa pecah dan membentuk gumpalan, yang jika tersangkut di pembuluh darah ke otak dan menghalangi alirannya bisa berujung pada penyakit stroke. Penyumbatan pada Pembuluh Darah VenaSementara itu, penyumbatan pada pembuluh darah vena mengakibatkan terganggunya aliran darah yang menuju ke jantung. Penyebabnya bisa karena tumor atau jaringan yang membengkak dan mengimpit vena, sehingga terjadi pembengkakan. Lokasi penyumbatan bisa pada area leher atau bagian tubuh lainnya. Baca juga Cegah Aterosklerosis Terjadi di Usia MudaSelain itu, penyumbatan pada pembuluh darah vena juga termasuk deep vein thrombosis atau DVT yang biasanya terjadi pada kaki. Umumnya, kondisi ini terjadi karena duduk atau berbaring terlalu lama yang bisa memperlambat aliran darah. Penyumbatan pada pembuluh darah bisa memicu komplikasi serius jika tidak segera dilakukan penanganan. Jadi, segera periksa ke rumah sakit apabila kamu mengalami sesak napas tiba-tiba, nyeri dada, sakit kepala, detak jantung cepat, penglihatan ganda, dan kelemahan atau mati rasa pada wajah atau bagian tubuh lainnya. Pengobatan di rumah sakit akan lebih mudah kalau kamu sudah download aplikasi Halodoc. Kamu bisa membuat janji dengan dokter di rumah sakit terdekat atau tanya jawab langsung dengan dokter spesialis seputar masalah kesehatan kapan dan di mana saja melalui aplikasi WebMD. Diakses pada 2020. A Visual Guide to Vein and Artery Diakses pada 2020. Artery vs. Vein What’s the Difference?Medical News Today. Diakses pada 2020. Artery vs. Vein What are the Differences?Anemiaterdiri dari beberapa jenis kondisi yang diklasifikasikan menurut penyebabnya [2,3,4,5,6]. Anemia Aplastik. Anemia jenis ini adalah anemia yang terjadi saat sumsum tulang mengalami kerusakan sehingga sel darah merah tak dapat terproduksi secara maksimal. Penyakit autoimun diketahui dapat menjadi penyebab anemia aplastik.
Dari banyak kelainan darah, penyakit anemia sel sabit atau sickle cell anemia merupakan salah satu yang paling berbahaya. Bukan tanpa alasan, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang dapat berujung pada kematian. Menurut sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, meski kasusnya tidak terlalu tinggi, angka kematian akibat penyakit ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Seperti apa sih penyakit anemia sel sabit itu? Apa saja penyebab dan gejalanya? Baca juga Bukan Cuma Pusing, Ini Ragam Gejala Anemia yang Mesti Kamu Waspadai Apa itu penyakit anemia sel sabit atau sickle cell anemia? Bentuk eritrosit normal dan sabit. Sumber foto Anemia sel sabit atau sickle cell anemia merupakan salah satu kelainan darah yang ditandai dengan perubahan bentuk eritrosit. Normalnya, eritrosit atau sel darah merah berbentuk bulatan pipih. Namun pada sickle cell anemia, bentuknya berubah seperti sabit atau menyerupai huruf C. Kondisi tersebut bisa membahayakan tubuh jika tidak segera ditangani. Bentuk sabit pada sel darah merah akan membuatnya sulit bergerak. Padahal, sel darah merah memiliki peran penting dalam membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Mengutip Live Science, setiap organ di dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk menjalankan fungsi dan tugas masing-masing. Tanpa oksigen selama lima menit, sel-sel di otak akan mulai mati dan berhenti berfungsi. Begitu juga dengan sel di bagian tubuh lainnya. Penyebab penyakit sickle cell anemia, sebetulnya belum diketahui secara pasti apa faktor pemicu keadaan ini. Hanya saja, menurut Medical News Today, penyakit anemia sel sabit biasanya terjadi karena faktor genetik. Dengan kata lain, hampir semua pasien penyakit sickle cell anemia ini memiliki anggota keluarga dengan kondisi serupa. Begitu juga dengan bayi yang lahir dari orang tua pengidap penyakit ini, berpeluang mengalami keadaan yang sama. Gejala penyakit sickle cell anemia Tanda atau gejala dari penyakit anemia sel sabit biasanya sudah muncul sekitar usia lima bulan. Meski, kondisinya bisa berbeda-beda setiap orang. Tiap gejala bisa terjadi secara bertahap, mulai dari yang ringan hingga terasa menyakitkan. Berikut beberapa gejala penyakit anemia sel sabit 1. Mudah lelah Gejala sickle cell anemia yang pertama adalah mudah lelah. Bukan karena tidak adanya asupan karbohidrat, kondisi ini disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen di dalam tubuh. Seperti yang telah dijelaskan, hampir semua organ di tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk menjalankan fungsi dan tugas masing-masing. Tidak adanya oksigen bisa mengganggu seluruh proses yang dikerjakan. Akibatnya, tubuh akan menjadi mudah lelah. 2. Mudah nyeri Nyeri bisa menandakan adanya ketidakberesan di dalam tubuh. Pada penyakit anemia sel sabit, sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk memblokir sirkulasi di pembuluh darah kecil menuju perut, dada, dan persendian. Berbeda dengan nyeri akibat faktor lain, rasa sakit yang disebabkan oleh anemia sel sabit bisa berlangsung hingga beberapa jam, bahkan hingga rentang mingguan. Jika nyeri berlangsung cukup lama, tak perlu ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar segera mendapat penanganan. 3. Sickle cell anemia bisa sebabkan penglihatan kabur Jika kamu sering mengalami gangguan penglihatan, bisa jadi itu adalah tanda dari penyakit anemia sel sabit. Kondisi ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan darah di sekitar mata karena terjadi penyumbatan. Salah satu bagian mata yang paling terdampak dari keadaan ini adalah retina. Mata akan kesulitan memproses gambar visual dari bayangan objek yang ditangkap. Baca juga Bisa Bikin Buta, Ini 5 Penyebab Glaukoma Mata 4. Sering mengalami infeksi Pasien penyakit anemia sel sabit akan lebih sering mengalami infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya sistem limfatik yang bertugas membersihkan racun dan zat berbahaya di dalam tubuh. Dokter biasanya melakukan vaksinasi dan memberi antibiotik untuk mencegah infeksi yang bisa mengancam nyawa, seperti pneumonia atau radang paru-paru. 5. Pembengkakan di kaki dan tangan Pada umumnya, pembengkakan lebih sering disebabkan oleh peradangan atau infeksi. Tapi pada penyakit anemia sel sabit, pembengkakan dipicu oleh darah yang terjebak di area tertentu, misalnya tangan dan kaki. Darah tidak bisa mengalir karena terhalang oleh sel sabit di pembuluh kecil, arteri, maupun vena. 6. Sickle cell anemia dapat sebabkan gangguan pertumbuhan Pada anak-anak, penyakit anemia sel sabit bisa mengganggu masa pertumbuhannya. Kerusakan sel darah merah membuat oksigen tidak terdistribusi dengan baik ke seluruh tubuh. Padahal, oksigen juga berperan sebagai kendaraan’ untuk banyak nutrisi. Selain mengganggu proses pertumbuhan, penyakit ini dapat memperlambat atau menunda masa pubertas pada anak-anak yang sedang memasuki usia remaja. Baca juga Moms Wajib Tahu! Ini 6 Penyebab Stunting pada Anak yang Sering Diabaikan Komplikasi penyakit anemia sel sabit Penyumbatan oleh sel sabit bisa memicu banyak komplikasi. Sumber foto Perubahan bentuk pada eritrosit menyebabkan kerusakan pada hemoglobin, protein darah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sel sabit ini cenderung saling mengikat satu sama lain, yang akhirnya dapat membentuk gumpalan penyumbat. Jika dibiarkan, kondisi tersebut bisa menyebabkan risiko berbagai komplikasi, seperti Stroke. Sel sabit dapat menghalangi sirkulasi darah menuju otak. Penyumbatan ini yang menyebabkan otak tidak mendapat cukup oksigen dari darah. Tanda paling umum dari stroke meliputi sulit bicara, mati rasa pada lengan dan kaki, serta organ limfatik. Sel sabit menghalangi sirkulasi darah menuju organ-organ limfatik seperti ginjal dan hati. Jika tidak ada darah yang masuk, maka proses filtrasi atau penyaringan racun dan zat berbahaya di dalam tubuh juga akan paru. Terhambatnya sirkulasi darah di sekitar paru-paru bisa membuat tekanannya naik. Akibatnya, kamu akan lebih sering mengalami sesak dada akut. Penyumbatan pembuluh darah menuju paru-paru akan menimbulkan rasa nyeri tak tertahankan di Sel sabit bisa menghambat sirkulasi darah menuju area belakang mata. Sehingga, beberapa bagian mata yang bertugas menangkap cahaya dan meneruskan bayangan menuju otak menjadi empedu. Kerusakan sel darah merah bisa menghasilkan zat bernama bilirubin. Kadar bilirubin yang tinggi akan memicu pembentukan kristal-kristal menyerupai batu di sekitar Pria yang mengidap penyakit anemia sel sabit rentan mengalami ereksi menyakitkan dalam durasi yang cukup lama. Darah di penis sulit mengalir kembali ke jantung akibat penyumbatan sel kehamilan. Wanita hamil yang memiliki penyakit anemia sel sabit berisiko mengalami tekanan darah tinggi. Kondisi ini bisa menyebabkan keguguran dan persalinan prematur. Kapan harus ke dokter? Penyakit anemia sel sabit atau sickle cell anemia biasanya sudah bisa dideteksi pada saat lahir melalui proses screening. Meski begitu, bisa saja keadaan ini baru diketahui beberapa tahun setelahnya. Ada baiknya segera periksa ke dokter jika telah mengalami Demam tinggi. Infeksi pertama dari penyakit anemia sel sabit ditandai dengan demam di kaki atau tangan yang tak kunjung tak tertahankan di perut, dada, persendian, dan tulang secara di area putih pada mata berubah menjadi kuning. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar bilirubin akibat kerusakan sel darah gejala menyerupai stroke seperti kelumpuhan di satu sisi tubuh, sulit bicara, sulit berjalan, perubahan penglihatan secara mendadak, sakit kepala akut, hingga mati rasa di beberapa bagian. Diagnosis penyakit anemia sel sabit Sebelum melakukan penanganan sickle cell anemia, dokter akan menjalankan pemeriksaan guna mendapatkan diagnosis yang tepat. Kamu mungkin cukup menjalani satu kali pemeriksaan untuk mengetahui hasil pastinya. Tapi jika dokter memerlukan hasil pendukung, pemeriksaan lain mungkin akan dilakukan. 1. Pemeriksaan darah Pemeriksaan ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mendeteksi adanya kelainan pada sejumlah komponen darah. Dokter akan melakukan pengecekan terhadap bentuk dan kadar hemoglobin serta eritrosit. Pada orang dewasa, sampel darah diambil dari pembuluh di lengan. Sedangkan pada anak-anak, diambil dari jari tangan atau tumit. Sampel kemudian diperiksa di laboratorium, apakah ada kerusakan pada hemoglobin atau tidak. 2. Pemeriksaan pembuluh darah Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan gelombang ultrasound, mendeteksi adanya kemungkinan penyumbatan pada pembuluh darah. Dokter akan memerhatikan aliran darah, apakah normal atau tidak. Tes ini relatif aman untuk anak-anak karena tidak menimbulkan rasa sakit. 3. Pemeriksaan sebelum kelahiran Pemeriksaan yang satu ini dilakukan kepada wanita hamil yang sedang mengidap penyakit anemia sel sabit. Tujuannya, mendeteksi apakah bayi di dalam rahim mengalami keadaan yang sama atau tidak. Pemeriksaan ini penting dilakukan, karena anemia sel sabit dipengaruhi oleh faktor keturunan. Cara mengatasi penyakit anemia sel sabit Setelah mendapat diagnosis yang tepat, dokter akan memulai penanganan berdasarkan hasil dari pemeriksaan sebelumnya. Ada tiga penanganan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi sickle cell anemia, yaitu transfusi darah, konsumsi obat-obatan, atau transplantasi sel induk. 1. Transfusi darah Syarat donor darah. Sumber foto Transfusi dilakukan untuk menggantikan sel darah merah yang telah berubah bentuk menjadi sabit. Umumnya, darah dari pendonor akan dimasukkan melalui pembuluh di tangan. Selain memperbarui eritrosit, transfusi juga berfungsi untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi serius. Baca juga Sebelum Donor Darah, Yuk, Cek Syarat dan Ketentuan Donor Darah di Sini 2. Obat untuk sickle cell anemia Obat-obatan yang diberikan kepada pasien bersifat meredakan gejala. Artinya, obat tersebut digunakan untuk mengatasi keluhan yang muncul. Pereda nyeri merupakan obat yang sering diresepkan dokter, seperti crizanlizumab dan obat orall-glutamin. 3. Transplantasi sel induk Transplantasi sel induk dilakukan dengan mengganti sumsum tulang yang terkena anemia sel sabit. Prosesnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena melibatkan orang lain sebagai pendonor. Transplantasi sel induk biasanya menggunakan donor yang cocok, seperti saudara kandung yang tidak mengidap penyakit serupa. Karena sangat berisiko dan cukup rumit, prosedur ini hanya direkomendasikan untuk pasien yang memiliki gejala parah dan komplikasi serius. Cara mencegah penyakit anemia sel sabit Hingga saat ini, belum ada cara efektif untuk mencegah penyakit anemia sel sabit. Sebab, penyakit ini lebih dipengaruhi oleh gen atau faktor keturunan. Meski begitu, kamu bisa meminimalkan risikonya dengan melakukan beberapa hal, seperti Perbanyak asupan asam folat. Nutrisi ini dapat membantu sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah baru. Kamu bisa mendapatkan asam folat dari beberapa makanan seperti kacang-kacangan, buah-buahan segar, dan sayuran berdaun multivitamin. Kombinasi beberapa vitamin dapat mendukung proses produksi sejumlah komponen air putih. Dehidrasi bisa meningkatkan risiko penyakit anemia sel sabit. Asupan air yang cukup diyakini dapat menjaga bentuk sel darah merah agar tidak mengalami rokok. Kandungan rokok seperti nikotin bisa bertahan di dalam tubuh hingga delapan jam. Lama-kelamaan, zat tersebut akan masuk ke dalam darah dan menyebabkan kerusakan. Nah, itulah ulasan lengkap tentang penyakit anemia sel sabit atau sickle cell anemia dan bahaya yang menyertainya. Jika kamu sudah merasakan gejala seperti yang telah disebutkan di atas, tak perlu pikir panjang untuk segera hubungi dokter. Tetap jaga kesehatan, ya! Jangan pernah ragu untuk konsultasikan masalah kesehatanmu bersama dokter terpercaya di Good Doctor dengan akses layanannya 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!Testimonimenurunkan darah tinggi , Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyebab utama dari penyakit jantung dan stroke. Untuk i
OverviewAnemia is a problem of not having enough healthy red blood cells or hemoglobin to carry oxygen to the body's tissues. Hemoglobin is a protein found in red cells that carries oxygen from the lungs to all other organs in the body. Having anemia can cause tiredness, weakness and shortness of breath. There are many forms of anemia. Each has its own cause. Anemia can be short term or long term. It can range from mild to severe. Anemia can be a warning sign of serious illness. Treatments for anemia might involve taking supplements or having medical procedures. Eating a healthy diet might prevent some forms of anemia. Types Aplastic anemia Iron deficiency anemia Sickle cell anemia Thalassemia Vitamin deficiency anemia SymptomsAnemia symptoms depend on the cause and how bad the anemia is. Anemia can be so mild that it causes no symptoms at first. But symptoms usually then occur and get worse as the anemia gets worse. If another disease causes the anemia, the disease can mask the anemia symptoms. Then a test for another condition might find the anemia. Certain types of anemia have symptoms that point to the cause. Possible symptoms of anemia include Tiredness. Weakness. Shortness of breath. Pale or yellowish skin, which might be more obvious on white skin than on Black or brown skin. Irregular heartbeat. Dizziness or lightheadedness. Chest pain. Cold hands and feet. Headaches. When to see a doctorMake an appointment with your health care provider if you're tired or short of breath and don't know why. Low levels of the protein in red blood cells that carry oxygen, called hemoglobin, is the main sign of anemia. Some people learn they have low hemoglobin when they donate blood. If you're told that you can't donate because of low hemoglobin, make a medical appointment. From Mayo Clinic to your inbox Sign up for free and stay up to date on research advancements, health tips, current health topics, and expertise on managing health. Click here for an email preview. To provide you with the most relevant and helpful information, and understand which information is beneficial, we may combine your email and website usage information with other information we have about you. If you are a Mayo Clinic patient, this could include protected health information. If we combine this information with your protected health information, we will treat all of that information as protected health information and will only use or disclose that information as set forth in our notice of privacy practices. You may opt-out of email communications at any time by clicking on the unsubscribe link in the e-mail. CausesAnemia occurs when the blood doesn't have enough hemoglobin or red blood cells. This can happen if The body doesn't make enough hemoglobin or red blood cells. Bleeding causes loss of red blood cells and hemoglobin faster than they can be replaced. The body destroys red blood cells and the hemoglobin that's in them. What red blood cells doThe body makes three types of blood cells. White blood cells fight infection, platelets help blood clot and red blood cells carry oxygen throughout the body. Red blood cells have an iron-rich protein that gives blood its red color, called hemoglobin. Hemoglobin lets red blood cells carry oxygen from the lungs to all parts of the body. And it lets red blood cells carry carbon dioxide from other parts of the body to the lungs to be breathed out. Spongy matter inside many of the large bones, called bone marrow, makes red blood cells and hemoglobin. To make them, the body needs iron, vitamin B-12, folate and other nutrients from foods. Causes of anemiaDifferent types of anemia have different causes. They include Iron deficiency anemia. Too little iron in the body causes this most common type of anemia. Bone marrow needs iron to make hemoglobin. Without enough iron, the body can't make enough hemoglobin for red blood cells. Pregnant people can get this type of anemia if they don't take iron supplements. Blood loss also can cause it. Blood loss might be from heavy menstrual bleeding, an ulcer, cancer or regular use of some pain relievers, especially aspirin. Vitamin deficiency anemia. Besides iron, the body needs folate and vitamin B-12 to make enough healthy red blood cells. A diet that doesn't have enough of these and other key nutrients can result in the body not making enough red blood cells. Also, some people can't absorb vitamin B-12. This can lead to vitamin deficiency anemia, also called pernicious anemia. Anemia of inflammation. Diseases that cause ongoing inflammation can keep the body from making enough red blood cells. Examples are cancer, HIV/AIDS, rheumatoid arthritis, kidney disease and Crohn's disease. Aplastic anemia. This rare, life-threatening anemia occurs when the body doesn't make enough new blood cells. Causes of aplastic anemia include infections, certain medicines, autoimmune diseases and being in contact with toxic chemicals. Anemias linked to bone marrow disease. Diseases such as leukemia and myelofibrosis can affect how the bone marrow makes blood. The effects of these types of diseases range from mild to life-threatening. Hemolytic anemias. This group of anemias is from red blood cells being destroyed faster than bone marrow can replace them. Certain blood diseases increase how fast red blood cells are destroyed. Some types of hemolytic anemia can be passed through families, which is called inherited. Sickle cell anemia. This inherited and sometimes serious condition is a type of hemolytic anemia. An unusual hemoglobin forces red blood cells into an unusual crescent shape, called a sickle. These irregular blood cells die too soon. That causes an ongoing shortage of red blood cells. Risk factorsThese factors can increase risk of anemia A diet that doesn't have enough of certain vitamins and minerals. Not getting enough iron, vitamin B-12 and folate increases the risk of anemia. Problems with the small intestine. Having a condition that affects how the small intestine takes in nutrients increases the risk of anemia. Examples are Crohn's disease and celiac disease. Menstrual periods. In general, having heavy periods can create a risk of anemia. Having periods causes the loss of red blood cells. Pregnancy. Pregnant people who don't take a multivitamin with folic acid and iron are at an increased risk of anemia. Ongoing, called chronic, conditions. Having cancer, kidney failure, diabetes or another chronic condition increases the risk of anemia of chronic disease. These conditions can lead to having too few red blood cells. Slow, chronic blood loss from an ulcer or other source within the body can use up the body's store of iron, leading to iron deficiency anemia. Family history. Having a family member with a type of anemia passed through families, called inherited, can increase the risk of inherited anemias, such as sickle cell anemia. Other factors. A history of certain infections, blood diseases and autoimmune conditions increases the risk of anemia. Drinking too much alcohol, being around toxic chemicals, and taking some medicines can affect the making of red blood cells and lead to anemia. Age. People over age 65 are at increased risk of anemia. ComplicationsIf not treated, anemia can cause many health problems, such as Severe tiredness. Severe anemia can make it impossible to do everyday tasks. Pregnancy complications. Pregnant people with folate deficiency anemia may be more likely to have complications, such as premature birth. Heart problems. Anemia can lead to a rapid or irregular heartbeat, called arrhythmia. With anemia, the heart must pump more blood to make up for too little oxygen in the blood. This can lead to an enlarged heart or heart failure. Death. Some inherited anemias, such as sickle cell anemia, can lead to life-threatening complications. Losing a lot of blood quickly causes severe anemia and can be fatal. PreventionMany types of anemia can't be prevented. But eating a healthy diet might prevent iron deficiency anemia and vitamin deficiency anemias. A healthy diet includes Iron. Iron-rich foods include beef and other meats, beans, lentils, iron-fortified cereals, dark green leafy vegetables, and dried fruit. Folate. This nutrient, and its human-made form folic acid, can be found in fruits and fruit juices, dark green leafy vegetables, green peas, kidney beans, peanuts, and enriched grain products, such as bread, cereal, pasta and rice. Vitamin B-12. Foods rich in vitamin B-12 include meat, dairy products, and fortified cereals and soy products. Vitamin C. Foods rich in vitamin C include citrus fruits and juices, peppers, broccoli, tomatoes, melons, and strawberries. These also help the body take in iron. If you're concerned about getting enough vitamins and minerals from food, ask your health care provider about taking a multivitamin.Anemiadari perdarahan yang berulang. Keluarnya darah yang disebabkan karena sobeknya pembuluh darah hemoroidalis yang terjadi berulang-ulang, akan menyebabkan kekurangan darah (anemia) pada penderita wasir. Trombosis vena. Trombosis terjadi karena tekanan yang tinggi pada vena (misalnya pada saat batuk, mengedan, atau ibu yang barudImz.