Kalorimeter adalah suatu system terisolasi tidak ada pertukaran materi maupun energi dengan lingkungan diluar kalorimeter. Dengan demikian, semua kalor yang dibebaskan oleh rekasi yang terjadi di dalam kalorimeter, tidak ada yang terbuang ke luar kalorimeter. Dengan mengukur kenaikan suhu di dalam kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah aklor yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter menggunakan rumus Qair = m x c x T Keterangan Q = jumlah kalor m = massa air larutan di dalam kalorimeter c = kalor jenis air larutan di dalam kalorimeter T = kenaikan suhu kalorimeter Rumus di atas bisa kita gunakan jika calorimeter yang digunakan adalah kalorimeter sederhana. Maksudnya, pada kalorimeter sederhana, bahan kalorimeter biasanya adalah plastic yang bersifat isolator. Sehingga dianggap kalor yang dihasilkan oleh rekasi yang terjadi di dalam kalorimeter diserap seluruhnya oleh larutan. Kalor rekasi yang terjadi pada kalorimeter sederhana sama dengan negative- kalor yang diserap oleh larutan. Qreaksi = - Qlarutan = - m x c x T Jika yang digunakan adalah kalorimeter khusus yang disebut kalorimeter bom, maka rumusnya sedikit dipermudah. Karena pada kalorimeter bom, bahannya dibuat dari stainlees steel sehingga kalor reaksi yang dihasilkan tidak hanya diserap oleh larutan tetapi juga oleh bahan kalorimeter. Kalorimeter ini sudah punya kapasitas kalor C kalorimeter, sehingga rumus yang digunakan adalah Qkalorimeter = - C x T Qreaksi = - Qlarutan + Qkalorimeter Keterangan C = Kapasitas kalor calorimeter T = kenaikan suhu calorimeter Cara membedakan apakah dalam soal percobaannya menggunakan kalorimeter sederhana atau kalorimeter bom adalah dengan melihat data diberikan. Jika diketahui kapasitas kalor kalorimeter, maka yang digunakan adalah kalorimeter bom, tetapi jika tidak disebutkan, hanya ada data kalor jenis air, maka yang digunakan adalah kalorimeter sederhana. Mudah bukan….. Nah sekarang silahkan perhatikan contoh soal dan pembahasan berikut Contoh Soal dan Pembahasan Soal 1 Menentukan H reaksi berdasarakan data kalorimeter Ke dalam 50 mL larutan tembaga II sulfat 0,4 M ditambahkan serbuk zink sedikit berlebihan, ternyata suhunya naik 200C. Dengan menganggap bahwa kalor jenis larutan sama dengan kalor jenis air, yaitu 4,18 j/g K dan kapasitas kalor wadah reaksi dapat diabaikan, maka tentukanlah Hreaksi Massa jenis larutan 1 kg/L = 1 gr/ mL Zns + CuSO4aq → ZnSO4aq + Cus Pembahasan Diketahui 50 ml ZnSO4 0,4 M T = 200C = 20 + 273 = 293 K c = 4,18 j/g K Ditanya Hreaksi = . . . . .? Jawab m larutan = 50 mL x 1 gr/mL = 50 gram qlarutan = m x c x T = 50 gram x 4,18 j/g K x 293 K = j = 61,237 kJ qreaksi = - qlarutan = - 61,237 kJ Kalor reaksi diatas adalah kalor reaksi yang dilepaskan pada reaksi 50 mL ZnSO4 0,4 M atau mol ZnSO4 = M x V = 0,4 M x 0,05 L = 0,02 Perhatikan reaksi Zns + CuSO4aq → ZnSO4aq + Cus Jumlah Zn dan CuSO4 yang bereaksi sesuai dengan persamaan rekasi diatas adalah 1 mol, sehingga reaksi = 1/0,02 x – 61,237 = - kJ Persamaan termokimia Zns + CuSO4aq → ZnSO4aq + Cus H = - kJ Soal 2 Menentukan H reaksi netralisasi asam basa Larutan NaOH 1 M sebanyak 100 cm3 direkasikan dengan 100 mL larutan HCl 1 M dalam sebuah bejana. Tercatat suhu naik dari 290C menjadi 37,50C. Jika larutan dianggap sama dengan air, kalor jenis air 4,2 J/g K, massa jenis air adalah 1 g/cm3, perubahan entalpi reaksi H netralisasi adalah . . . . . Pembahasan Sebenarnya soal ini sama saja dengan soal pertama hanya reaksinya saja yang berbeda….ok ….mari kita jawab. Diketahui 100 cm3 NaOH 1 M + 100 cm3 HCl 1 M T1 = 290C T2 = 37,50C Kalor jenis air = 4,2 J/g K Massa jenis air = 1 g/cm3 Dintanya Hreaksi = . . . . .? Jawab T = T2 – T1 = 37,50C – 290C = 8,50C = 8,5 + 273 = 281,5 K Massa larutan = 100 cm3 + 100 cm3 x 1 g/cm3 = 200 g qreaksi = - qlautan = - m x c x T = - 200 g x 4,2 J/g K x 281,5 K = - J = - 236,46 kJ Kalor reaksi diatas adalah kalor yang dihasilkan dari reaksi 100 cm3 NaOH 1 M + 100 cm3 HCl 1 M atau mol NaOH = M x V = 0,1 L x 1 M = 0,1 mol mol HCl = Mx V = 0,1 L x 1 M = 0,1 mol Reaksi netralisasi yang terjadi NaOH + HCl → NaCl + H2O Pada reaksi diatas terlihat jumlah mol NaOH dan HCl yang berekasi adalah masing masing 1 mol lihat koefisien reaksi,maka kita perlu mencari jumlah kalor reaksi untuk 1 mol zat, yaitu qreaksi 1 mol HCL + 1 mol NaOH = 1/0,1 x - 236,46 kJ = - 2364,6 kJ/mol Hreaksi = qreaksi = - 2364,6 kJ/mol Persamaan termokimia NaOH + HCl → NaCl + H2O Hreaksi = - 2364,6 kJ/mol Soal 3 Menentukan suhu setelah bereaksi suhu akhir Sepotong seng pada temperature 200C dengan massa 65,38 gram dimasukkan ke dalam 100 mL air mendidih T = 1000C, massa jenis air 1 g/mL, kalor jenis seng = 0,4 j/g 0C dan kalor jenis air adalah 4,2 j/g 0C. Temperatur yang dicapai oleh air dan seng adalah . . . . . Pembahasan Karena seng adalah bahan yang bersifat konduktor, maka ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, kalor yang dihasilkan dari pendidihan air akan diserap seluruhnya oleh seng sehingga Q air = Q seng mair x c x Tair = mseng x c x Tseng Logikanya suhu air akan turun sampai Takhir sedangkan suhu seng akan naik sampai Takhir, sehingga Tair = 1000C - Takhir Tseng = Takhir – 200C Dengan mensubtitusi hal diatas didapatkan mair x c x Tair = mseng x c x Tseng mair x c x 1000C - Takhir = mseng x c x Takhir – 200C 100 g x 4,2 j/g 0C x 1000C - Takhir =65,3 g x 0,4 j/g 0C x Takhir – 200C 42000 – 420Takhir = 26,125Takhir – 523,04 446,125 Takhir = 42523,04 Takhir = 95,310C Soal 4 Menghitung Hreaksi suatu bahan bakar Air sebanyak 2L dipanaskan dengan pembakarn elpiji dari suhu 270C menjadi 750C. Elpiji dianggap mengandung C3H8Mr = 44 dan terbakar sebnyak 44 gram. Seluruh energy yang dihasilkan dari pembakaran gas elpiji digunakan untuk menaikkan suhu air. JIka dikathui massa jenis air = 1 g/cm3 dan kalor jenis air = 4,2 J/goC, besarnya perbuahan entalpi reaksi pembakaran elpiji adalah . . . . .kJ/mol Pembahasan Massa air yang dipanaskan = 2 L = 2000 mL = 2000 cm3 x 1 g/cm3 = 2000 gram Kenaikan suhu = 750C – 270C = 48 0C Q air = m x c x T = 2000 g x 4,2 K/g0C x 480C = J = 403,2 kJ Kalor yang diserap oleh air yaitu sebesar 403,2 kJ adalah kalor yang dilepaskan pada pembakaran 44 gram C3H8 atau mol C3H8 = g/Mr = 44/44 = 1 mol Karena elpiji yang berekasi sudah 1 mol maka perubahan entalpi rekasi pembakaran elpiji adalah Hreaksi = Qreaksi = - Qlarutan = - 403,2 kJ Wah….ternyata cukup mudah ya mengerjakan soal tentang penentuan entalpi reakasi berdasarkan data perbobaa calorimeter….terus belajar dan berlatih jenis soal yang lainnya agar kalian lebih paham…..jika ada pertanyaan silahkan berkomentar di kolom komentar di bawah postingan….jangan lupa dishare ya…terimakasih. . . .
Jawabanterverifikasi ahli 3.5 /5 38 hakimium ⇒ 44 gram elpiji diubah ke mol Mr elpiji = 3 (12) + 8 (1) = 44 mol elpiji = 44 / 44 = 1 mol ⇒ 11 gram elpiji = 11/44 = 0,25 mol pembakaran 1 mol elpiji membebaskan kalor 2220 kJ sehingga, untuk 0,25 mol dibebaskan kalor sebanyak: [0,25/1] x 2220 = 555 kJ Iklan Ada pertanyaan lain? Cari jawaban lainnyaPembakaran44 gram gas elpiji (C3H8) menghasilkan kalor 2220 kJ. Pembakaran 11 kg gas elpiji menghasilkan kalor sebesar (Ar H = 1; C = 12) A. 244,20 kJ B. 555 kJ C. 24,420 kJ D. 5,55 x 103 kJ E. 5,55 x 105 kJ Soal 6 Diketahui data entalpi pembentukan standar sebagai berikut:PEMERINTAH segera mengganti Liquified Petroleum Gas LPG atau ngetop disebut elpiji dengan Dimethyl Ether DME sebagai gas konsumsi masyarakat. Selain lebih murah, api lebih biru, emisi karbon dari gas batubara ini jauh lebih rendah dari elpiji. Adapun konversi penggunaan gas bersubsidi ini dianggap sebagai kiat yang adil terkait mengatasi kacaunya distribusi gas elpiji tiga kilogram. Disebut kacau, karena distribusi gas elpiji tiga kilogram ternyata penggunannya adalah 40 persen kalangan menengah ke atas. Ketika gas elpiji tiga kilogram menghilang alias langka di pasaran, misalnya, di lokasi-lokasi penjualan gas, kerap terlihat pembeli turun dari mobil merek berkelas atau menyuruh asisten rumah tangganya, untuk antre bersama kalangan wong cilik, 'hanya' untuk mendapatkan gas elipiji tiga kilogram. Bahkan, kerap tabung gas elpiji tiga kilogram yang dibawa lebih dari dua, bahkan lebih, kemudian diisi dengan sistem gonta-ganti orang yang disuruh membeli, supaya tak dicurigai oleh penjual gas, atau bahkan juga sudah lama 'main mata' di antara mereka Terkait distribusi gas elpiji tiga kilogram yang salah sasaran pun diakui oleh pemerintah, dan tak sungkan pula dikemukakan di hadapan para wakil rakyat di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR RI di Senayan, Jakarta, Rabu, 7 April 2021. Kepala Badan Kebijakan Fiskal BKF Kementerian Keuangan Kemenkeu RI Febrio Kacaribu mengakui, pemberian subsidi gas elpiji tiga kilogram tidak tepat sasaran. Itu sebabnya, otoritas fiskal mengajukan usulan mengubah mekanisme subsidinya supaya tepat sasaran. Dari sisi harga jual sesuai harga patokan, menurut Febrio, selisih harga elpiji tiga kilogram terus berflukluasi. Misalnya pada 2020, selisihnya mencapai Rp per tabung. Bahkan pada 2021, perbedanaannya sekitar Rp Rp per tabung. Dinikmati Orang-orang tak Berhak Sementara itu, hanya 36 persen dari total subsidi gas elpiji tiga kilogram yang dinikmati oleh 40 persen masyarakat termiskin. Sedangkan 39,5 persen persen berasal dari 40 persen masyarakat ekonomi kelas menengah atas. Sisanya, berasal dari kalangan kelas ekonomi lainnya. Kenyataan itu dinilainya sebagai bentuk ketidakadilan bentuk. "Kita melihat bahwa yang menikmati subsidi itu adalah orang yang justru tidak berhak. Inilah yang kita perbaiki ke depan,” kata Febrio saat Rapat Dengar Pendapat RDP dengan Badan Anggaran Banggar DPR RI. Data menyebutkan, 72,1 persen gas elpiji adalah impor, hanya 27,9 persen yang berasal dari produksi gas domestik. “Ini menjadi suatu urgensi yang sangat tinggi, Ini menjadi kebijakan yang harus kita perbaiki dengan segera,” lanjut Febrio. Senada itu, Direktur Jenderal Ditjen Anggaran Kemenkeu RI Isa Rachmatawarta menambahkan, salah satu penyhebab subsidi gas elpiji tiga kilogram tidak tepat sasaran, adalah karena distribusinya masih bersifat terbuka. Dampaknya, daya tahan fiskal akan terganggu. Belum lagi flukluasi harga minyak. Disebutkan, realisasi nilai tukar rupiah terhadap Indonesia Crude Price ICP berpengaruh ke produk elpiji, sedangkan volumenya cenderung mengalami peningkatan. Karena itu, lanjutnya, kebijakan subsidi gas elpiji tiga kilogram pada 2021 bertransformasi dari yang tadinya merujuk ke produk bantuan non-tunai berupa subsidi langsung yang tersinergi dengan bantuan sosial lainnya berdasarkan data terpadu sosial DTKS. “Ini menjadi salah satu channel untuk perubahan tersebut, dan pelaksanaan transformasi akan kita lakukan dengan berhat-hati secara bertahap dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan perekonomian,” kata Isa saat Rapat Dengar Pendapat RDP dengan Badan Anggaran Banggar DPR RI, sebagaimana dilansir dari Kontan. Sebagai info, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN 2021 anggaran subsidi gas elpiji tigakilogram sebesar Rp 36,56 triliun. Angka tersebut melonjak 15,44 persen dari realisasi pada 2020 sebesar Rp 31,67 triliun. Pada Selasa, 1 Juni 2021, Ketua Banggar DPR RI MH Said Abdullah mendesak pemerintah melakukan perbaikan data penerima subsidi bahan bakar gas elpiji tiga kilogram. Sebab, penerima subsidi elpiji selama ini tidak tepat sasaran. Dari data yang ada, subsidi gas elpiji ini hanya dinikmati masyarakat miskin, yakni sekitar 24 persen dari total pengiriman. Sementara sebesar 76 persen justru masuk ke kantong orang kaya, pejabat pemerintah, dan anggota DPR. "Masyarakat miskin dan rentan yang masuk dalam kelompok 40 persen hanya menikmati 26 persen dari subsidi listrik. Begitu pula dengan gas elpiji tiga kiogram, di mana 30 persen rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi terendah, hanya menikmati 24 persen dari subsidi, sementara 76 persen dinikmati oleh kelompok yang lebih mampu," tegasnya. Padahal, lanjutnya, konstitusi telah mengamanatkan bahwa subsidi seharusnya bersifat tertutup. Inilah yang harus diperbaiki pada 2022, dan penting agar dapat memberikan rasa keadilan dan melindungi masyarakat miskin dan rentan yang berhak menerima subsidi.. "Saya melihat kebijakan manajemen pengelolaan subsidi yang digunakan selama ini masih memiliki kelemahan yang mendasar, mulai dari validitas data, pengendalian harga hingga volume," terangnya. Bahkan, tambahnya, masih terdapat kesalahan eksklusi, dan kesalahan penyertaan dalam realisasi pemberian subsidi. Indikasinya, masih banyak ditemukan, pihak yang berhak menerima subsidi, tetapi tidak menerima."Sedangkan pihak yang seharusnya tidak berhak menerima, tetapi ikut menerima subsidi," kecam Said. Penggunaan Gas DME Ditargetkan 2024 Adapun pembangunan fisik proyek DME ini diperkirakan memakan waktu sekitar tiga-empat tahun. Dengan demikian maka ditargetkan paling cepat proyek tersebut akan beroperasi pada 2024. Dilansir dari situs Kementrian Energi dan Sumber Daya Nineral ESDM Direktorat Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas, Kamis, 23 Juli 2020, gasifikasi batubara atau ini terus dikebut oleh pemerintah sebagai energi alternatif pengganti elpiji untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Penggunaan DME juga diharapkan juga dapat mengurangi impor elpiji, sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam siaran pers. Menurutnya, pengembangan DME diarahkan terutama sebagai subtitusi penggunaan elpiji yang di awal dulu digunakan untuk mensubtitusi minyak tanah. "Apalagi 75 persen penggunaan elpiji di dalam negeri itu berasal dari impor. Kalau kita tergantung impor, dari sisi ketahanan energi akan tidak terlalu baik," katanya. Senada tu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Litbang ESDM Dadan Kusdiana menyatakan, karakteristik DME memiliki kesamaan, baik sifat kimia maupun fisika dengan elpiji. Lantaran mirip, DME dapat menggunakan infrastruktur elpiji , seperti tabung, penyimpanan storage dan penanganan eksisting handling eksisting. "Campuran DME sebesar 20 persen, dan elpiji 80 persen dapat digunakan di kompor gas eksisting," katanya. Kelebihan lainnya dari DME, yakni bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk bahan yang dapat diperbarui. Termasuk biomassa, limbah dan Coal Bed Methane CBM, namun batu bara berkalori rendah merupakan bahan baku yang paling ideal untuk pengembangan DME. Meskipun industrinya belum ada di Indonesia, Kementerian ESDM segera mengembangkan pendukung teknis di dalam negeri, baik dari sisi produksi dan pemanfaatan. DME sendiri memiliki kandungan panas calorific value sebesar Kcal per kilogram, sementara kandungan panas elpiji senilai Kcal per kilogram. Kendati begitu, DME memiliki massa jenis yang lebih tinggi sehingga kalau dalam perbandingan kalori antara DME dengan LPG sekitar satu berbanding 1,6. Pemilihan DME untuk subtitusi sumber energi juga mempertimbangkan dampak lingkungan. DME dinilai mudah terurai di udara, sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20 persen. "Kalau elpiji, per tahun menghasilkan emisi 930 kilogram CO2, dan nanti dengan DME hitungannya akan berkurang menjadi 745 kilogram CO2. Ini nilai-nilai yang sangat baik, sejalan dengan upaya-upaya global menekan emisi gas rumah kaca," papar Dadan. Selain itu, kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter pm dan NOx, serta tidak mengandung sulfur. DME merupakan senyawa eter paling sederhana mengandung oksigen dengan rumus kimia CH3OCH3, yang berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibandingkan elpiji. Sukses Uji Coba di Palembang Kementerian ESDM melalui Balitbang ESDM telah menyelesaikan uji terap pemakaian DME hiingga 100 persen % telah dilakukan di wilayah Kota Palembang dan Muara Enim pada Desember 2019 -Januari 2020 bagi 155 kepala keluarga, dan secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu, uji terap DME 20 persen, 50 persen, dan 100 persen dilakukan di Jakarta Utara, yakni di Kecamatan Marunda, bagi100 kepala keluarga pada 2017. Hasil uji terap menunjukkan mudah dalam menyalakan kompor, stabilitas nyala api normal, mudah dalam pengendalian nyala api, dan warna nyala api biru. "Secara teknis, pemanfaatan DME 100 persen layak untuk mensubstitusi elpiji untuk rumah tangga dengan menggunakan kompor khusus DME. Waktu memasak lebih lama satu koma satu sampai satu koma dua kali, dibandingkan dengan menggunakan elpiji," tandas Dadan. Pejabat Sementara Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyatakan, harga DME masih sesuai dengan kajian dan kebijakan pemerintah. Hanya saja, dilansir dari CNBC Indonesia, Sabtu, 13 November 2021, Ginting mengakui bahwa harganya hingga kini belum diketahui. "Saat ini harga DME masih dalam tahap kajian yang tentunya akan disesuaikan dengan kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah terkait untuk distribusi DME," katanya. Soal bentuk, pengganti elpiji ini juga akan disalurkan berupa tabung ke konsumen. Sebelumnya, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Sujatmiko mengakui, pemerintah masih mengkaji rencana pemberian subsidi produk DME. Menurutnya, jika proyek gasifikasi ini secara nilai ekonomi menguntungkan negara, maka akan ada penugasan pemerintah. Dengan penugasan ini, maka subsidi akan diberikan ke produk DME. "Subsidi, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk memberikan penugasan kepada pemerintah jika semua nanti, misalnya semua nanti, manfaatkan negara, maka akan ada penugasan penugasan. Penugasan ini, maka subsidi akan diberikan pada DME," jelasnya. Menurutnya, jika subsidi tetap diberikan sama dengan jumlah subsidi elpiji, namun setidaknya produk DME tidak perlu diimpor. "Kalau subsidi masih ada, tapi kita nggak impor elpiji," tuturnya. Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, Indonesia telah mencapai komitmen investasi sekitar 13 miliar-15 miliar dolar AS atau sekitar Rp 185 triliun- Rp 213 triliun asumsi kurs Rp per dolar AS dari Air Products and Chemicals Inc APCI. Komitmen investasi Air Products ini tak lain untuk proyek hilirisasi pertambangan batu bara, yang akan mengolah batu bara berkalori rendah menjadi DME, methanol, atau produk kimia lainnya untuk mengaktifkan elpiji. Hal ini tertuang dalam Nota Kesepahaman MoU yang telah ditandatangani antara BKPM dan APCI pada Kamis, 4 November 2021 di Dubai, Uni Emirat Arab UEA yang disaksikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. Saatnya Pengusaha Batubara 'Kipas-kipas' KONVERSI bahan bakar konsumsi rumah tangga di Indonesia dari liquefied petroleum gas LPG alias elpiji ke gas batubara atau disebut dimethyl ether DME merupakan kabar gembira bagi pengusaha batubara. Jadi, kalangan ini tak perlu lagi repot-repot mencari pasar di luar negeri , apalagi jika harga batubara naik turun. Belum lagi ancaman atas bisnis ini lewat upaya internasional dari inisiasi Perserikatan Bangsa-bangsa PBB. Masyarakat internasional terutama AS, terus mengupayakan terwujudnya emisi nol persen supaya menghindarkan bumi dari pemanasan global akibat penggunaan bahan-bahan bakar fosil. Batubara dari Indonesia selama ini lebih banyak diekspor ketimbang dikonsumsi di dalam negeri. Dengan adanya proyek raksasa pemeirintah mengkonversi penguaan elpiji ke DME maka pasar di dalam negeri sendiri sangatlah menjanjikan. Sebab ditilik dari aspek demografis, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus pada 2020, misalnya, sudah sebesar 270,2 juta jiwa, meningkat dibandingkan sensus penduduk 2010, yang menghasilkan angka 237,64 juta jiwa. Sebanyak 56 persen penduduk, dilansir dari Wikipedia, tinggal di Pulau Jawa, yang merupakan pulau terpadat di dunia. Indonesia sendiri adalah negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia sehingga bisa dibayangkan berapa jumlah gas DME yang bakal disalurkan ke rumah tangga di dalam negeri. Itu sebabnya kinerja PT Bukit Asam Tbk sebagai Badan Usaha Milik Negara BUMN yang menangani pertambangan dan pengolahan batubara terus digenjot pemerintah. Dilansir dari Bisnis, 26 September 2021, BUMN ini mulai menggeber proyek hilirisasi batu bara dengan mengolah komoditas itu menjadi DME untuk menekan impor elpiji. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Suryo Eko Hadianto menyatakan, hilirisasi batubara ke DME diharapkan menjadi pengganti gas impor di masa depan. Dalam grand strategi nasional, DME menjadi salah satu energi alternatif sebagai substitusi elpijii untuk mengurangi impor. Negara ditaksir dapat menghemat anggaran hingga Rp 10 triliun per satu juta ton gas. “Diharapkan pada 2030, Indonesia mampu memproduksi DME sekitar tiga juta ton setara LPG,” katanya saat webinar, Jumat, 26 September 2021. Dalam prosesnya, kebutuhan satu juta ton elpiji akan tergantikan dengan produksi 1,4 juta ton DME. Untuk membangun proyek dengan kapasitas 1,4 juta ton DME, dibutuhkan investasi tidak kurang dari 2,1 miliar dolar AS atau setara Rp 29,4 triliun. Selain itu, pemanfaatan batu bara juga akan meningkat melalui proyek tersebut. Setidaknya, dibutuhkan enam juta ton batu bara per tahun untuk dapat memproduksi 1,4 juta ton DME. Artinya, batu bara yang dapat dimanfaatkan mencapai 180 juta ton selama 30 tahun ke depan. Deposit Batubara 143,7 Miliar Ton Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM memperkirakan sumber daya batu bara dalam negeri mencapai 143,7 miliar ton. Sementara itu, cadangan batu bara yang telah diteliti mencapai 38,8 miliar ton. Dari jumlah tersebut, 90 persen batu bara di antaranya berkalori rendah dan sedang. Hingga kini, batu bara masih menjadi komoditas ekspor, dan untuk pasokan dalam negeri. Hingga pekan terakhir September 2021, realisasi ekspor batu bara Indonesia mencapai 213,36 juta ton serta realisasi untuk kebutuhan domestik telah menyentuh 63,47 juta ton. Dari proyek batubara ke DME, PT Bukit Asam akan bekerja sama dengan PT Pertamina Persero sebagai offtaker dan distributor. Sebab, selama ini perusahaan itu telah menjadi distributor gas. “Air Products kami hire rekrut sebagai mitra yang memang menguasai teknologi dan membawa investasi dari luar senilai 2,1 miliar dolar AS," ujarnya. Dari sisi produksi, enam juta ton batu bara akan diolah terlebih dulu menjadi syngas, dan diproses kembali menjadi metanol. Metanol itu nantinya akan menjadi bahan baku produk DME. Saat ini, perusahaan tersebut sedang menyelesaikan penetapan harga DME untuk Indonesia. Proses itu juga masih digodok di Kementerian ESDM bersama konsorsium tiga perusahaan tersebut. Selain itu, Pertamina juga sedang mempelajari distribusi DME apakah akan disalurkan ke seluruh Indonesia atau sementara ini hanya untuk kebutuhan di Pulau Sumatera. Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Dilansir dari Frontier in Energy Reseach, bahan bakar sintetis DME dibandingkan dengan oxymethylene ether OMEx dan diesel sintetis melalui reaksi Fischer-Tropsch FT], maka DME menjadi pilihan, DME juga merupakan bahan bakar diesel alternatif untuk digunakan dalam mesin pengapian kompresi CI, dan dapat diproduksi dari berbagai bahan baku limbah, sehingga menghindari karbon fosil baru memasuki rantai pasokan. DME dicirikan oleh CO2 yang rendah, NOx yang rendah, dan emisi partikel PM yang rendah. Angka setananya yang tinggi, berarti dapat digunakan pada mesin CI dengan modifikasi minimal. Kunci untuk menciptakan ekonomi bahan bakar sirkular adalah mengintegrasikan beberapa aliran limbah ke dalam rantai pasokan yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan. Karena itu, DME merupakan bahan bakar rendah karbon. Sumber karbon dioksida yang andal juga pentingm jika proses pemanfaatan CO2 ingin menjadi layak secara komersial. Lokasi pabrik DME akan tergantung pada ekosistem lokal, dan idealnya harus ditempatkan bersama pada atau di dekat penghasil limbah dan sumber energi rendah karbon. Bahan bakar cair alternatif ini menarik dalam jangka menengah, sementara listrik terbarukan dan hidrogen juga merupakan solusi jangka panjang yang dapat diandalkan untuk sektor transportasi masa depan. DME dapat dianggap sebagai pembawa hidrogen melingkar, yang juga akan mampu menyimpan energi untuk digunakan pada saat pembangkit listrik terbarukan rendah. Kimia dari langkah-langkah individu dalam rantai pasokan, umumnya sudah dikenal, dan biasanya bergantung pada penggunaan katalis logam yang murah dan berlimpah di bumi. Termodinamika proses ini juga ditandai dengan baik. Jadi, mengatasi tantangan sekarang ini adalah bergantung pada keahlian insinyur kimia untuk menerapkan dasar-dasar ke dalam praktik komersial. Adalah penting bahwa pendekatan keseluruhan sistem diadopsi, karena intervensi dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan yang merugikan, kecuali jika pemantauan ketat diterapkan. Tinjauan ini menunjukkan bahwa meskipun produksi DME telah dicapai, dan menunjukkan harapan yang besar, ada banyak upaya yang diperlukan, jika kita ingin mencapai emisi nol bersih yang sebenarnya di sektor transportasi, khususnya penggunaan jalan jarak jauh dalam rentang waktu yang diperlukan. Evaluasi Ulang Kebijakan Energi Dorongan menuju kebijakan 'net zero' di Inggris, dan bahkan secara global, telah menyebabkan evaluasi ulang kebijakan energi. Sementara sektor yang jelas diperlukan untuk memaksimalkan pengurangan emisi, adalah listrik dan pemanas, di mana sejumlah besar energi dikonsumsi oleh sektor transportasi, termasuk jalan raya, kereta api, penerbangan dan maritim. Kebutuhan mendesak untuk menghilangkan karbon, atau lebih tepatnya, menghilangkan fosil, sektor transportasi merupakan tantangan besar. Mesin pembakaran internal ICE telah dikembangkan, dan dioptimalkan selama beberapa dekade, dan mewakili bentuk paling banyak dari powertrain mobilitas. Meskipun ada dorongan pemerintah di Inggris untuk mengganti ICE dengan kendaraan listrik EV, laporan terbaru oleh Royal Society Royal Society, 2019 juga mempertimbangkan kebijakan seputar migrasi ke bahan bakar transportasi sintetis. Alasannya sebagian karena transisi ke infrastruktur EV akan membutuhkan perombakan total rantai pasokan listrik dan ekonomi. Sementara kendaraan listrik baterai plug-in BEV memberikan emisi knalpot nol, energi yang dibutuhkan untuk menyalakannya perlu dihasilkan di tempat campuran jaringan energi listrik saat ini, jumlah energi terbarukan yang tersedia tergantung pada banyak faktor, termasuk cuaca dan permintaan. Di Inggris Raya, energi rendah karbon termasuk nuklir menyumbang 55 persen dari listrik yang dihasilkan rata-rata sepanjang tahun angka 2019, Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris, 2020. Ini berarti bahwa hampir setengah dari listrik tetap berasal dari fosil sehingga emisi untuk BEV ditangguhkan ke generator listrik. Karena itu, BEV tidak dapat benar-benar dianggap sebagai kendaraan tanpa emisi jika siklus hidup lengkap dilakukan untuk memasukkan pembangkit listrik yang ditangguhkan dalam batas-batas sistem. Selain itu, perlu juga menyertakan pembuatan baterai dan pembuangan unit akhir masa pakai dalam analisis lingkungan. Dalam transisi ke emisi nol bersih, karena kelembaman ekonomi dari infrastruktur pasokan dan logistik yang ada, ada baiknya mempertimbangkan transisi bertahap daripada mencoba perubahan bertahap. Misalnya, pada kendaraan penyalaan kompresi CIV, seperti diesel, bukan mesinnya yang bermasalah tetapi bahan bakarnya. Daripada mendesain ulang mesin secara signifikan, bisakah kita mendesain ulang bahan bakarnya? Dalam hal penggantian solar, salah satu bahan bakar yang cukup menarik perhatian adalah DME, dan keluarga oksimetilen eter OMEx, di mana DME setara dengan OME0, dan x adalah jumlah unit oksimetilen tambahan -CH2-O- di dalam molekul. Bahan bakar cair alternatif iini menarik dalam jangka menengah, sementara listrik terbarukan dan hidrogen dianggap sebagai solusi jangka panjang yang dapat diandalkan untuk sektor transportasi masa depan. DME dapat dianggap sebagai pembawa hidrogen melingkar yang juga akan mampu menyimpan energi untuk digunakan pada saat pembangkit listrik terbarukan rendah. Karya Willems di Ford telah menunjukkan bahwa dalam pengujian mesin, tidak hanya nol emisi SOx yang terkait dengan bahan bakar DME karena bahan bakar tidak berasal dari fosil, tetapi karena kandungan karbon yang berkurang dalam molekul dibandingkan dengan diesel, di mana emisi CO2 dapat serendah tiga gram per kilometer, dibandingkan dengan emisi mobil diesel standar UE 2020 sebesar 95 gram per kilometer, sesuai petunjuk dan arahan Dewan Eropa pada 2009. Selain itu, karena lebih sedikit udara yang dibutuhkan dan suhu nyala yang lebih rendah, emisi NOx praktis nol, dan karena tidak ada ikatan CC dalam molekul eter, partikel PM atau jelaga juga praktis nol Lee et al., 2016 . Karena itu, dibandingkan dengan campuran jaringan listrik saat ini dan emisi dalam pembangkit listrik untuk EV, emisi siklus hidup cakupan penuh untuk DME-CIV bisa jauh lebih rendah. Unilever baru-baru ini mengumumkan ambisi mereka untuk menghilangkan bahan karbon berbasis fosil dari rantai pasokan mereka, dengan menggunakan bahan limbah, yang dijelaskan oleh Unilever sebagai 'Pelangi Karbon' Unilever, 2020. Ini termasuk karbon 'Ungu' CO2, karbon 'Hijau' berbasis bio, karbon 'Biru' berbasis laut dan karbon 'Abu-abu' sampah umum termasuk plastik. Dengan menggunakan prinsip-prinsip ini, maka DME/OMEx menggunakan bahan baku limbah untuk menghilangkan karbon-fosil dari rantai pasokan bahan bakar. DME adalah bahan bakar mobilitas yang berguna yang dapat digunakan sebagai bahan bakar diesel drop-in, yang hanya memerlukan sedikit modifikasi pada mesin pembakaran yang ada. Hal ini akan memungkinkan bahan bakar rendah emisi untuk digunakan dalam mesin pembakaran lama, sementara industri dan masyarakat beralih ke kendaraan listrik dalam jangka menengah hingga panjang. Perbandingan dibuat untuk FT dan OME eter yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar drop-in. Opsi Pengisian Bahan Bakar Netral Karbon Netralitas karbon, atau tujuan untuk mencapai keadaan nol bersih, mengacu pada keseimbangan antara pengurangan emisi karbon dioksida sejauh mungkin dan pembuangan sisa karbon dioksida dari atmosfer. Uni Eropa telah berkomitmen untuk netralitas iklim pada 2050, yang mencakup tujuan menjadi masyarakat dengan gas rumah kaca nol bersih. Komitmen ini juga sejalan dengan kesepakatan Paris yang mengikat secara hukum dan ditandatangani oleh 190 pihak PBB, 2015. Bahan bakar sintetis, seperti DME, merupakan pembawa hidrogen sirkular, dan memanfaatkan hidrogen sebagai metode penyimpanan energi dalam bentuk vektor yang dapat diangkut dan disimpan dengan lebih mudah dan aman daripada menggunakan hidrogen sebagai sumber bahan bakar tunggal. Biofuel adalah bahan bakar transportasi pengganti fosil yang dibuat langsung dari biomassa, bukan dari sumber karbon berbasis fosil. Biofuel yang paling banyak digunakan untuk transportasi adalah bioetanol dan biodiesel. *** Penulis & Editor Patrick Waraney GS/Berbagai Sumber Pembakarangas elpiji dapat menaikkan suhu air dari 27 derajat celsi1s menjadi 75 derajat celsius. Gas elpiji dianggap hanya mengandung senyawa C3H8 (Mr =44 9ram/mol) dan seluruh energi dari pembakaran elpiji digunakan untuk menaikkan suhu air. jika jumlah gas elpiji yang dibakar sebanyak 44 9ram besarnya perubahan entalpi reaksi air %3D 1 pembakaran elpiji.(C J/gram/derajat 9ram/m0l c air =4 JAKARTA Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah fokus melakukan pengembangan gasifikasi batu bara untuk menggantikan elpiji.Hasil uji coba menunjukan, gasifikasi atau dimethyl ether dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga masyarakat.Kepala Balitbang Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, gas dengan bahan baku campuran DME sebesar 20 persen dan elpiji ukbO.